Total Tayangan Halaman

Senin, 26 September 2011

kaligrafi bambu,sumber daya bernilai tinggi

      Rumpun bambu tumbuh nan subur menghias alam semesta. Ketika desir angin berhembus, terdengar suara gemerisik lembut dari gesekan pepohonan bambu. Namun tak selamanya bambu berdiri kokoh dan bergemerisik menciptakan suasana yang syahdu. Sepanjang segala masa, sebagian besar kelompok masyarakat di berbagai penjuru dunia telah pandai memangkas dan mengambil berbagai manfaat dari tanaman multifungsi ini. Tangan-tangan terampil bahkan mampu mengubah bambu menjadi beragam karya seni.
      Bambu merupakan tanaman yang cukup cepat tumbuhnya. Hanya dalam jangka waktu tiga tahun, panjang atau tingginya sudah bisa mencapai limabelas sampai enambelas centimeter. Pertumbuhan yang alami ini membuat bambu mudah terjangkau oleh masyarakat disekitarnya, maka sejak jaman nenek moyang, bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan bambu.
      Biasanya nenek moyang kita menggunakan bambu sebagai fondasi bangunan perumahan. Dimasa pergerakan nasional kemerdekaan, bambu runcing menjadi senjata andalan rakyat ntuk mengusir penjajah. Tumbuhan yang termasuk dalam jenis rumput-rumputan (graminae) ini telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal inilah yang juga menunjukkan kepada dunia bahwa negara kita kaya akan bambu sebagai salah satu hasil alam yang merakyat.
      Kesuburan lahan bambu tak hanya menjadi milik Cina yang kemudian mendapat julukan sebagai negara Tirai Bambu.. Memang Cina layak emnyandang predika ini berkat kepemilikannya atas sekitar limaratus spesies bambu dengan luas hutan bambu sekitar 38 juta hektar are.
       Cina boleh terkenal akan pohon bambunya yang melimpah, tapi pada kenyataannya negara kita juga tak kalah dari Cina,”Di Indonesia banyak sekali jenis bambu, kira-kira dari seluruh dunia hampir separuh jenis bambu ada disini, misalnya bambu petung, kemudian bambu tali atau bambu apus,”ungkap TH. Prayitno, salah seorang staff kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
      Di negara-negara timur seperti Cina dan Indonesia, tanah yang subur dan air yang air sangat membantu bambu untuk bertumbuh subur. Prayitno mengungkapkan bahwa bambu tidak menghendaki tempat tumbuh yang spesifik. Di atas gunung sampai didasar lembah pun dapat menjadi lingkungan hidup pilihannya,”Range atau kisaran tempat tumbuhnya baik, yang penting cocok tempat tumbuhnya, cocok iklim, dan nutriennya seperi air dan mineral harus ada,”ungkapnya.
      Ia menambahkan bahwa secara ekologi, ambu masuk dalam kategori tanaman yang mampu mempertahankan lingkungannya. Bambu menahan larutnya tanah dari kikisan air sehingga mencegah terjadinya erosi. Inilah salah satu alasan utama mengapa membudidayakan bambu menjadi hal penting yang harus menjadi perhatian utama masyarakat diseluruh dunia.
   Bambu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri di waktu terjadi perubahan iklim, terutama sewaktu hidup di daerah yang iklimnya kering sekali. Untuk bertahan hidup, bambu menggugurkan daunnya sampai kembali mendapatkan pasokan air yang cukup. Inilah yang membuat bambu termasuk dalam jenis tanaman perintis atau pioneer.
Tapi tentu jika dalam jangka waktu yang lama bambu tidak mendapatkan air, tentu ia ia akan mati.
      Tak mudah tumbang akibat badai dan angin, inilah salah satu ciri khas bambu. Beruntunglah bambu memiliki batang yang lentur dan akar serabut yang kuat menopangnya. Pohon lain dengan mudahnya jatuh lunglai menyentuh tanah, sedangkan bambu tetap berada pada posisinya semula, tak tergoyahkan oleh kondisi iklim yang tak bersahabat ini. Batang bambu tak berdiri tegap seolah menentang angin dan badai, tapi merunduk dan bergoyang searah hembusan yang kian kencang. Karena adanya tekanan, akar serabutnya justru semakin kuat tertanam kedasar tanah.
      Menurut Prayitno, penyusun-penyusun sel batang bambu mirip seperti kelapa dan namun berbeda dengan sel penyusun batang kayu. Bagian batang yang paling luar atau dekat dengan kulit merupakan bagian yang paling kuat, sedangkan bagian dalam sangat lemah,”di bagian pinggir dari bambu, jika kita iris, bagian pinggir itu rapat dan kuat. Kalo ke tengah-tengah, nanti keliatan putih dan empuk”.
      Pakar bambu yang sedang mengembangkan teknologi perekatan bambu ini juga mengatakan bahwa ada perbedaan antara serat pada batang bambu dan serat pada batang kayu,”serat kayu adalah arah dari semua penyusun kayu itu. Kalau serat bambu tidak muntir-muntir seperti kayu. Jadi sebetulnya bambu punya serat lurus semua mengikuti panjang batangnya,”jelasnya.  
      Ukuran diameter batang bambu tak selalu sama, tergantung jenisnya,”Bambu petung bisa sampai sepuluh centimeter, pangkal dari petung bisa duapuluh-an centimeter. Kalo apus kecil-kecil mungkin sekitar 5 centimeter,”.
      Tak semua jenis bambu yang memiliki perbedaan diameter dapat memberi manfaat yang sama bagi manusia. Bambu petung misalnya, hanya sesuai untuk konstruksi bangunan, sedangkan bambu apus yang dapat terirat dengan mudah, paling cocok untuk menghasilkan karya seni dan sejenisnya. Maka, sebelum memberdayagunakan bambu terlebih dahulu perhatikan diameternya.
      Selanjutnya, agar bambu tetap berkualitas dan tidak rusak, Prayitno menjelaskan bahwa bambu harus menjalani proses pengawetan. Bahan kimia yang kita masukkan kedalam bambu bisa menahan serangan organisme perusak yang menyerang pati. Maka kita harus melarutkan patinya. Cara semacan ini sudah ada sejak jaman nenek moyang kita,”mereka merendam bambu dalam air selama berbulan-bulan. Ini dalam rangka menghilangkan pati supaya tidak terserang organisme perusak,”ungkap Prayitno.
      Melalui pengawetan, keindahan seni suatu kerajinan yang biasanya menggunakan bambu apus, akan terjaga untuk waktu yang lama. Pada umumnya, perajin akan membubut, mengukir, atau mengirat bambu. Hasila akhirnya ialah karya seni yang unik dan menarik, seperti potongan bilah bambu yang terukir  dengan indah dan penuh makna kerohanian dalam bentuk huruf-huruf kaligrafi.
      Jika melewati jalan Kaliurang Km.6. tepatnya di seputaran daerah Pandega Sakti, perhatikanlah dengan seksama ke arah kanan jalan. Di sana  kita akan menemukan sebuah gallery dan pusat produksi kaligrafi bambu. Sebuah tempat yang kecil, namun menghasilkan seni dengan makna kerohanian yang mendalam bagi umat muslim.
      Nama pria kreatif ini Al-Mustamil. Bulan februari ini ia telah genap setahun merintis produksi kaligrafi bamboo. Ia mengaku mendapatkan inspirasi ketika melihat banyaknya bamboo di pegunungan. Ia juga melihat selama ini bamboo hanya berfungsi sebagai bahan bangunan, apalagi harganya relative murah. Maka muncullah gagasan untuk membuat kreasi seni dari bamboo,”Saya jadi punya pikiran bagaimana ya supaya bamboo itu punya nilai jual yang tinggi dan bisa masuk kedalam ruang tamu, terbingkai dalam pigura,” ungkap Mustamil yang telah menjadi bapak dari dua orang anak

      Sebelum mencoba menggunakan bambu, Mustamil mengatakan bahwa ia pernah melakukan ujicoba dengan batang papaya yang ia potong-potong,”untuk ujicoba saja, kalo langsung bambu kan sulit. Saya terapkan kok bisa jadi huruf, akhirnya saya berpikir ke bambu,”
      Mustamil menamakan kaligrafinya ini dengan sebutan kaligrafi bambu runcing,”kenapa saya mgnatakan kaligrafi, karena hurufnya itu sembilan puluh derajat lebih serba runcing. Saya melihat ini, bambu termasuk jasmaninya, sedang kerohaniannya ada pada ayat, maka filosofinya seperti itii,”ujarnya.
      Ketika masih pemula, ia membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan satu huruf kaligrafi. Berbekal kemampuan menguasai ayat-ayat suci al-quran, lama kelamaan ia merasa sudah agak cepat mengerjakan rangkaian huruf kaligrafi bambunya,”Jadi untuk bentuk seperti ini saja saya sudah tau bagaimana membuat desainnya. Yang jelas, ini cenderung mengarah ke perasaan, mengikuti alur bambu, karena kalau tidak hurufnya juga tidak akan bagus,”.
      Sebelum mulai bekerja, Mustamil harus mensterilkan bambunya terlebih dahulu,”saya beri obat, rendam selama dua hari dua malam untuk mengantisipasi bubuk yang bikin gatal, biasanya kan juga ada hewannya,”.
      Kemiringan bambu yang telah ia potong harus sesuai dengan kebutuhan dan idealnya huruf. Ada huruf-huruf tertentu yang tidak sama,”soalnya kalau kemiringannya, katakanlah tidak ada tujuhpuluh atau emanpuluh lima derajat, ya gak bisa ketemu. Hasilnya gak ideal, gak sesuai dengan ayat yang ada didalam kitab suci al-quaran,”.
      “Kalau melukis mungkin kadang-kadang masih meleset, tapi karena ini bambu lingkarannya pasti pas. Itulah saya tertariknya. Saya gak menghilangkan cirii khas bambunya ketika kita robah. Saya hanya motong sesuai dengan aturan yang sesuai dengan cirri khas bambunya,”tambah Mustamil.
      Mustamil berkata bahwa ia tertarik dengan cirri khas bambu, yaitu pada guratan-guratan yang membentuk bayangan,”disitulah keunikan, daya tertarik disitu, dan bayangannya juga pasti tepat sesuai bentuknya. Jadi intinya ya ini,”.
      Penemuan bentuk ayat kaligrafi ini berasal dari imajinasi Mustamil,”Aku melihat yang bentuk orang berdoa itu jelas beda ayatnya. Walau bentuknya sama ayatnya belum tentu sama, bahkan mungkin melukisnya beda karena ini kan mengikuti lekuknya bambu,”kata Mustamil.
      Sebenarnya ia bisa membuat model lain, tapi ketertarikannya pada model ini karena ada kaligrafi dan bentuk orang,”Jadi saya menyamakanlah paling tidak, tapi ya jelas gak sama, karena dari bambunya pun sudah beda trus ayatnya juga sudah beda,”lanjutnya.
      Kriteria bahan bambu yang tepat untuk membuat kaligrafi, terutama harus tua dan tingkat ketebalannya harus sesuai kebutuhan,”pilihannya huruf mugnkin membutuhkan ketebalan sekian untuk besar kecil,ini karena gak sama,”ungkap Mustamil.
      “Bambu ada yang tebal ada yang tak terlalu tebal, jadi harus rata. Ini memotongnya bisa rata, tebal bisa, Cuma kalo terlalu tebal juga gak bagus. Bayangan harus sesuai dengan ketebalan. Misalnya saya buat yang besar tapi ketebalannya segini jadi gak idea dan melihantnya gak bagus. Jadi harus sesuai, ini saja sudah menyamakannya,”kata Mustamil sambil menunjukkan salah satu karyanya.
      Biaya operasional untuk membeli sebatang bambu tidaklah terlalu mahal,’katakanlah kita beli bambu harganya Rp. 15.000,00, Rp. 5000-kalo yang kecil. Kalo yang besar paling murah Rp. 7.500,00 udah bisa jadi empat karya, lumayan sekali. Saya menjual satu karya dengan harga Rp. 500.000-600.000,00”ungkapnya.
     



























Tidak ada komentar: