Total Tayangan Halaman

Minggu, 11 September 2016

Suatu Sore di Tugu

Kau datang ke kotaku
melalui pintu stasiun
di sisa-sisa senja 
tugu jogja

rindumu masih memburu 
masa silam dalam kekinian kota 
yang kian terkepung
rimba raya hotel muda
berhias dedaunan plastik
dikelilingi hamparan
kabel-kabel listrik

#
dari simpang2 kereta
kilas pandang menyapu 
semampai tugu kota
golong gilig, white paal 
memintal angin
memusat garis imajiner
bersumbu magistik
dikelilingi
ritus perjalanan
mobil, motor, trans, becak,
dan sepeda


Sejurus langkah
Malioboro
kitalah konsumen
bagi pasar-pasar simbol
dengan serabutan makna 
yang terhimpit 
pada sekujur wisata toko
hingga pasar beringharjo 

#

di keramaian ini
kau masih suka 
mencecap
serbuk ingatan masa silam
pada kusen-kusen bangunan lawas
yang menyaksikan
sang mantan ibukota
terlahir ulang
dari nyawa para pejuang

Vredeburg, begitu perkasa
pada masanya
benteng sejarah
berdiri utuh, dalam
status prestisius
bangunan cagar budaya

sementara 
pada sudut usang
di depan arus stasiun
berdiri Hotel Toegoe
terkenang megah, 
dikala masa kolonial
lantas disunting 
pejuang-pejuang muda
dalam serangan umum
1 maret 1949

takdirnya kini
menanti sentuhan
terkurung rapat-rapat
serapat memori hidup dan mati 
merebut jantung kota
dalam lonceng, tanpa gaung
mungkin kini telah patah
menjadi riwayat

#
kita ini
pengecap nikmat euforia
wisata kota
dalam dilema senyap
berpuluh rumah tua
dan bangunan lawas
separuh melebur 
hancur
tanpa status

kadang yang selamat
mesti berpaling 
berganti tembok baru
sementara
yang menunggu selamat 
masih dipasung
pemilik-pemilik tanah
hingga mangkrak
sampai kapan, entahlah

hampirlah tandas
manis sruput
filosofi es teh ini
jadi marilah pulang
ke desa yang rindang

tidur malam
sampai pulas




Tidak ada komentar: