Gadis Rintik,
Bagimu ruji-ruji jendela
serupa penjara jiwa
ketukan pintu ngeri dan
tajam
sementara pekarangan rumah
menyemai luka demi luka
dalam senyap ini
siapa lagi ingin
berpulang?
#
Desiran angin,
semula rindang
kini beringsut anyir,
menusuk hidung
usai diguyur hujan peluru
mengunci ratusan jerit,
tumpang-tindih suaranya
di batas pagar-pagar
pekarangan
yang terakhir
pergi kadang tak bernama,
dan nisan demi nisan,
hanya antah-berantah
#
nada-nada sunyi, makin
tiada
digertakkan
patahan-patahan ranting
seperti pada masa dahulu
Ayah
hanya pengumpul kayu
sebelum prosesi
hutan kelabu
menghapus jejak pundaknya
'’Bisakah ayah kembali?"
gadis rintik bertanya, disambut
desah ibu
yang terhujam panah
sembilu
"mari kita
siapkan nisan, untuk kemejanya."
#
Gadis rintik
Binar matanya telah
melarung
sejarah
yang kelam
dihujani airmata
dalam pusara rindu tanpa
batas
dan bisiknya tak tentu
arah
”Apa kabar, Ayah?“
Bagimu ruji-ruji jendela
sementara pekarangan rumah
#
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar