Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 September 2016

Gadis Rintik


Gadis Rintik,
Bagimu ruji-ruji jendela
serupa penjara jiwa
ketukan pintu ngeri dan tajam
sementara pekarangan rumah 
menyemai luka demi luka
dalam senyap ini
siapa lagi ingin berpulang?

#
Desiran angin,
semula rindang
kini beringsut anyir, menusuk hidung
usai diguyur hujan peluru
mengunci ratusan jerit, tumpang-tindih suaranya
di batas pagar-pagar pekarangan
yang terakhir pergi kadang tak bernama, 
dan nisan demi nisan, hanya antah-berantah

#
nada-nada sunyi, makin tiada
digertakkan patahan-patahan ranting
seperti pada masa dahulu
Ayah
hanya pengumpul kayu
sebelum prosesi hutan kelabu
menghapus jejak pundaknya
'’Bisakah ayah kembali?" 
gadis rintik bertanya, disambut desah ibu
yang terhujam panah sembilu
"mari kita siapkan nisan, untuk kemejanya."

#
Gadis rintik
Binar matanya telah melarung
sejarah
yang kelam
dihujani airmata
dalam pusara rindu tanpa batas
dan bisiknya tak tentu arah
Apa kabar, Ayah?“

Tidak ada komentar: